Kata Orang Arif:apabila engkau mendapat wang,belikan emas;jualkan emas itu belikan intan;jualkan intan,belikan manikam;jualkan manikam,belikan ILMU.
(Hikayat Munsyi Abdullah )

Friday, June 26, 2009

Catatan Rendra Tentang Kematian Soekarno


Soekarno - Sejarah yang tak memihak


Oleh: WS Rendra


Malam minggu. Hawa panas dan angin seolah diam tak berhembus. Malam ini saya bermalam di rumah ibu saya.Selain rindu masakan sambel goreng ati yang dijanjikan,saya juga ingin ia bercerita mengenai Presiden Soekarno.


Ketika semua mata saat ini sibuk tertuju,seolah menunggu saat saat berpulangnya Soeharto, saya justru lebih tertarik mendengar penuturan saat berpulang Sang proklamator. Karena orang tua saya adalah salah satu orang yang pertama-tama bisa melihat secara langsung jenasah Soekarno.


Saat itu medio Juni 1970. Ibu yang baru pulangberbelanja, mendapatkan Bapak (almarhum) sedangmenangis sesenggukan." Pak Karno seda " ( meninggal ).


Dengan menumpang kendaraan militer mereka bisa sampaidi Wisma Yaso. Suasana sungguh sepi. Tidak adapenjagaan dari kesatuan lain kecuali 3 truk berisi prajurit Marinir ( dulu KKO ). Saat itu memang Angkatan Laut, khususnya KKO sangat loyal terhadapBung Karno. Jenderal KKO Hartono - Panglima KKO -pernah berkata , " Hitam kata Bung Karno, hitam kataKKO. Merah kata Bung Karno, merah kata KKO "


Banyak prediksi memperkirakan seandainya saja BungKarno menolak untuk turun, dia dengan mudah akan melibas Mahasiswa dan Pasukan Jendral Soeharto, karena dia masih didukung oleh KKO, Angkatan Udara, beberapa divisi Angkatan Darat seperti Brawijaya dan terutama Siliwangi dengan panglimanya May.Jend Ibrahim Ajie.


Namun Bung Karno terlalu cinta terhadap negara ini.Sedikit pun ia tidak mau memilih opsi pertumpahan darah sebuah bangsa yang telah dipersatukan dengan susah payah. Ia memilih sukarela turun, dan membiarkan dirinya menjadi tumbal sejarah.The winner takes it all.


Begitulah sang pemenang tak akan sedikit pun menyisakan ruang bagi mereka yang kalah. Soekarno harus meninggalkan istana pindah ke Istana Bogor . Tak berapa lama datang surat dariPanglima Kodam Jaya - Mayjend Amir Mahmud -disampaikan jam 8 pagi yang meminta bahwa Istana Bogor harus sudah dikosongkan jam 11 siang.


Buru buru Bu Hartini, istri Bung Karno mengumpulkan pakaian dan barang barang yang dibutuhkan serta membungkusnya dengan kain sprei. Barang barang lain semuanya ditinggalkan." Het is niet meer mijn huis " - sudahlah, ini bukanrumah saya lagi , demikian Bung Karno menenangkan istrinya.


Sejarah kemudian mencatat, Soekarno pindah ke Istana Batu Tulis sebelum akhirnya dimasukan kedalam karantina di Wisma Yaso.Beberapa panglima dan loyalis dipenjara. Jendral Ibrahim Adjie diasingkan menjadi dubes di London .Jendral KKO Hartono secara misterius mati terbunuh dirumahnya.


Kembali ke kesaksian yang diceritakan ibu saya. Saat itu belum banyak yang datang, termasuk keluarga BungKarno sendiri. Tak tahu apa mereka masih di RSPAD sebelumnya.Jenasah dibawa ke Wisma Yaso.Di ruangan kamar yang suram, terbaring sang proklamator yang separuh hidupnya dihabiskan dipenjara dan pembuangan kolonial Belanda.


Terbujur dan mengenaskan. Hanya ada Bung Hatta! dan Ali Sadikin -Gubernur Jakarta - yang juga berasal dari KKO Marinir.Bung Karno meninggal masih mengenakan sarung lurik warna merah serta baju hem coklat. Wajahnya bengkak bengkak dan rambutnya sudah botak.Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan penuh dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya. Yang ada hanya termos dengan gelas kotor, serta sesisir buah pisang yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti nyamuk.


Kamar itu agak luas, dan jendelanya blong tidak ada gordennya. Dari dalam bisa terlihat halaman belakang yang ditumbuhi rumput alang alang setinggi dada manusia !.Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet di lantai di ruang tengah.Ibu dan Bapak saya serta beberapa orang disana sungkem kepada jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra datang dan juga orang lain.



Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak dimakamkan jenasah proklamator. Walau dalam Bung Karno berkeinganan agar kelak dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor . Pihak militer tetap tak mau mengambil resiko makam seorang Soekarno yang berdekatan dengan ibu kota .Maka dipilih Blitar, kota kelahirannya sebagai peristirahatan terakhir. Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman ini.


Dalam catatan Kolonel Saelan, bekas wakil komandan Cakrabirawa," Bung karno diinterogasi oleh Tim Pemeriksa Pusat diWisma Yaso. Pemeriksaan dilakukan dengan cara carayang amat kasar, dengan memukul mukul meja danmemaksakanjawaban" ."Akibat perlakuan kasar terhadap Bung Karno,penyakitnya makin parah karena memang tidak mendapatkan pengobatan yang seharusnya diberikan. "( Dari Revolusi 1945 sampai Kudeta 1966 )


dr. Kartono Mohamad yang pernah mempelajari catatan tiga perawat Bung Karno sejak 7 februari 1969 sampai 9Juni 1970 serta mewancarai dokter Bung Karno berkesimpulan telah terjadi penelantaran. Obat yangdiberikan hanya vitamin B, B12 dan duvadillan untuk mengatasi penyempitan darah. Padahal penyakitnya gangguan fungsi ginjal.Obat yang lebih baik dan mesin cuci darah tidak diberikan.( Kompas 11 Mei 2006 )


Rachmawati Soekarnoputri, menjelaskan lebih lanjut, "Bung Karno justru dirawat oleh dokter hewan saat diIstana Batutulis. Salah satu perawatnya juga bukan perawat. Tetapi dari Kowad"( Kompas 13 Januari 2008 )


Sangat berbeda dengan dengan perlakuan terhadap mantanPresiden Soeharto, yang setiap hari tersedia dokter dokter dan peralatan canggih untuk memperpanjang hidupnya, dan masih didampingi tim pembela yang dengan sangat gigih membela kejahatan yang dituduhkan.


Sekalipun Soeharto tidak pernah datang berhadapan dengan pemeriksanya, dan ketika tim kejaksaan harus datang ke rumahnya di Cendana. Mereka harus menyesuaikan dengan jadwal tidur siang sang Presiden !


Malam semakin panas. Tiba tiba saja udara dalam dada semakin bertambah sesak. Saya membayangkan sebuah bangsa yang menjadi kerdil dan munafik.


Apakah jejak sejarah tak pernah mengajarkan kejujuran ketika justru manusia merasa bisa meniupkan roh roh kebenaran ?Kisah tragis ini tidak banyak diketahui orang.Kesaksian tidak pernah menjadi hakiki karena selalu ada tabir tabir di sekelilingnya yang diam membisu.


Selalu saja ada korban dari mereka yang mempertentangkan benar atau salah.Butuh waktu bagi bangsa ini untuk menjadi arif.


Kesadaran adalah Matahari, Kesabaran adalah Bumi,Keberanian menjadi cakrawala, Keterbukaan adalah pelaksanaan kata kata.***

4 comments:

sahrunizam abdul talib said...

Sdr. Nizam,

Salam perkenalan. Saya baru sahaja pulang dari Bandung. Di sana, isteri saya membelikan saya sebuah buku berjudul Biografi Hartini Sukarno. Saya baru sahaja selesai membacanya. Terasa sedih bagaimana Sukarno diperlakukan sedemikian rupa sehingga wasiat tentang tapak kuburnya dicurigai Suharto. Demikianlah kuasa boleh menyebabkan manusia buta mata dan buta hati.

syed putra ahmad said...

tuan nizam,

terima kasih banyak kerana memasukkan entri ini. bagi saya, fenomena sebegini amat lumrah dan asasnya juga amat jelas - bulan akan hanya kelihatan indah, apabila matahari tidak bersinar!

yup, orang yang tahu dia tidak punya apa-apa, akan berbuat apa-apa sahaja untuk menudung cahaya sang matahari.

sako, helmi, ruhi hayat, prof zul, bosh, ibhy dll dll dll adalah soekarno kita juga di tangan oknum-oknum kerdil pendatang lambat dalam perjuangan kemerdekaan dan pendewasaan bangsa dan negara kita.

wallahu a'lam.

dewantoroa said...

semua ada saatnya dimana matahari tak selalu bersinar dan gelap malam tak selamanya menyelimuti hari.
kita harus yakin dan menanamkan semangat soekarno dalam hati. untuk merubah gelapnya indonesia yang sudah lama kita alami.
Mari lah bung kita berjuang untuk Indonesia.

dewantoroa said...

semua ada saatnya dimana matahari tak selalu bersinar dan gelap malam tak selamanya menyelimuti hari.
kita harus yakin dan menanamkan semangat soekarno dalam hati. untuk merubah gelapnya indonesia yang sudah lama kita alami.
Mari lah bung kita berjuang untuk Indonesia.